Sebagai "booster" ..............
Ophtalmologi atau atau ilmu perubatan mata dikenal di Dunia Islam sejak abad ke-10 masehi, ketika para ilmuwan Muslim melakukan penelitian besar-besaran terhadap karya-karya ilmuwan Yunani. Hasil penelitian itu kemudian menggairahkan kerja-kerja ilmiah di bidang optalmologi yang ditandai dengan munculnya karya-karya monumental seperti kitab Tadzkiratul Kahhaliin dan Al-Kahhal.
Pada tahun 1905 Profesor J Hirschberg, seorang pakar mata dari Jerman, melakukan penelitian tentang asal-usul optalmologi bersama Asosiasi Medis Amerika yang berbasis di California.
Hirschberg mendapatkan fakta bahwa selama 250 tahun para ilmuwan Muslim telah memproduksi buku pegangan dasar-dasar optalmologi sebanyak 18 kitab. Ini lebih jauh lebih besar dibandingkan dengan ilmuwan-ilmuwan Yunani sepanjang Hippocrates hingga Paulus yang selama 1000 tahun hanya menghasilkan 5 kitab. Hirschberg menemukan kitab-kitab spesialis mata yang ditulis ilmuwan Muslim terdapat sekitar 14 kitab yang masih ada hingga kini. Sepanjang tahun 800 hingga 1300 Islam telah melahirkan tidak kurang dari 60 dokter spesialis mata yang juga menulis textbook dan monograf ilmu perubatan mata, sementara itu di Eropah sebelum abad 12 tidak memiliki seorang pun doktor mata. Penemuan-penemuan doktor pakar mata Muslim meliputi bola mata, conjuntiva, kornea, uvea, dan retina. Ilmuwan Eropah seperti Gerard Cremona dari Spanyol menghabiskan 40 tahun usianya hanya untuk menerjemahkan karya-karya ilmuwan Muslim. Di antara ilmuwan Muslim yang menuliskan penemuan-penemuan mereka di bidang optalmologi adalah:
Ali bin Isa
Ali adalah ilmuwan paling terkemuka di antara pakar spesialis mata di zamannya. Dilahirkan di Baghdad, Iraq, Ali menulis kitab Tadzkiratul Kahhaliin dan mengembangkan ilmu kedoktoran mata hingga menjadi rujukan ilmuwan Muslim lainnya. Kitab Tadzkiratul diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman oleh Hirschberg dan Lippert pada tahun 1904 dan ke dalam bahasa Inggris oleh Casey Wood pada tahun 1936. Kitab karya Ali memang merupakan kitab ilmu kedokteran mata yang paling banyak dikutip oleh para ilmuwan lain. Kitab Tadzkiratul pertama kali diterjemahkan ke dalam bahasa Persia dan kemudian ke dalam bahasa Latin dan dicetak di Venesia pada tahun 1497. Para ilmuwan yang banyak merujuk karya Ali adalah Ammar bin Ali Al-Mosuli dan Abul Hasan Ahmed bin Muhammad At-Tabari yang menulis Kitabul Mualaja-ul Buqratiyya.
Ammar bin Ali Al-Mosuli
Lahir di Mosul, Iraq, sekitar tahun 1010. Ammar menulis Kitabul Muntakhab fi Ilajul Ayn dan banyak melakukan percobaan di Mesir. Buku Ammar banyak mengulas anatomi, ilmu penyakit, enam riwayat penyakit pasien untuk operasi katarak, dan kasus-kasus yang berhubungan dengan radang urat syaraf yang berhubungan dengan mata.
Hirschberg mengungkapkan bahwa Ammar adalah ahli bedah mata paling cerdas dalam literatur Arab. Dalam kitabnya Ammar mengulas sekitar 48 jenis penyakit mata. Naskah kitabnya pertama kali ditemukan di Escorial Library, sebuah perpustakaan di Madrid, Spanyol. Meskipun lebih pendek daripada kitab Tadzikiratul karya Ali bin Isa, kitab karya Ammar berisi hasil-hasil pengamatan asli. Sampai abad ke-20, karya Ammar hanya terdapat dalam bahasa Arab dan sebuah terjemahan dalam bahasa Ibrani oleh Nathan Jew pada abad ke-13. Ammar adalah penemu metode operasi katarak dengan metode pengisapan menggunakan sebuah jarum cekung yang disisipkan melalui limbus, tempat bertemunya kornea dan selaput mata. Hingga hari ini, metode temuan Ammar ini masih dipakai.
Zarrindast Tangan Emas
Abu Ruh Muhammad bin Mansur Abdullah, yang lebih dikenal dengan nama Al-Jurjani, seorang ahli bedah dari Persia kelahiran tahun 1088, menulis kitab Nurul A?yun. Zarrindast menulis karya-karyanya sepanjang pemerintahan Sultan Malikshah yang terdiri dari 10 bab. Di bab ketujuh dia menguraikan sekitar 30 jenis penyakit mata yang mencakup 3 jenis operasi katarak. Ia juga mendalami anatomi dan ilmu faal mata. Sebuah bab dalam kitabnya membahas penyakit mata seperti katarak, trakhom (trachoma), skeral (sclera), dan korneal(corneal).
Al-Ghafiqi
Muhammad ibn Qassoum ibn Aslam Al-Ghafiqi (wafat tahun 1165) berasal dari Spanyol. Ia menulis kitab Al-Murshid fil Kuhl. Al-Ghafiqi banyak merujuk kepada karya Ammar bin Ali Al-Mosuli tetapi lebih menekankan penelitian pada jaringan otak yang berhubungan dengan mata. Masyarakat Cordoba sangat menghormati Al-Ghafiqi. Hingga kini nama Al-Ghafiqi terukir di rumah sakit di Cordoba, yang dipakai sebagai cara untuk mengenang jasa-jasa ilmuwan tersebut.
Ibnu Haitam
Dilahirkan pada tahun 965, Ibnu Haitam adalah orang pertama yang menjelaskan bahwa semua penglihatan mungkin terjadi karena sinar refraksi cahaya. Penemuan Ibnu Haitam dikembangkan dan disebarluaskan oleh ilmuwan Persia, Kamaluddin (wafat tahun 1320) yang banyak mengamati alur dari sinar cahaya di bagian dalam kaca dalam rangka menguji pembiasan dari cahaya matahari saat hujan menitis.
Kamaluddinlah orang yang pertama kali menjelaskan asal-usul gejala primer dan sekunder pelangi.
sumber: Majala Annida
http://arifperdana.wordpress.com/2007/11/20/penelitian-ilmuwan-islam-dalam-bidang-optalmologi/
No comments:
Post a Comment